Daftar Blog Saya

Rabu, 20 Juni 2012

TEORI SEJARAH


PANDANGAN ATAU TEORI SEJARAH
John Muli
TUJUAN :
1        Memahami dan menjelaskan pandangan-pandangan para ahli tentang sejarah.
2        Menjelaskan tentang teori-teori yang dikembangan para ahli sejarah tentang perkembangan sejarah.

Pandangan sejarah berpangkal pada perhatian terhadap gerak sejarah masalah yang khusus mengenai manusia. Manusia didalam sejarah berfungsi ganda. Sebagai subyek sejarah dan sebagai obyek sejarah. Manusia sebagai peran sejarah, penulis sejarah dan manusia juga selaku peminat sejarah. Maka, menafsirkan sejarah, tidak lain daripada memikirkan ”diri’ manusia sendiri. Bagaimanakah manusia memandang diri pribadinya? Ada dua pendapat yang pokok, yaitu:
1        Manusia bebas menentukan nasib sendiri (otonom), determinisme (bahasa inggris : To determine = menentukan)
2        Manusia tidak bebas menentukan nasibnya : nasib manusia ditentukan oleh kekuatan diluar pribadinya, tidak otonom. Kekuatan diluar diri manusia pada umumnya dihubungkan dengan kepercayaan pada keadaan yang menentukan nasib manusia, yakni : Tuhan, Alam sekitar, dan kekuatan x (tidak dikenal)

1.      Pandangan Sejarah Menurut Hukum Fatum

Hukum fatum dalam diri manusia bersumber dari alam pikiran yunani. Manusia pada dasarnya sama dengan jagad raya, alam.
Manusia disebut mikro-cosmos (alam kecil), jagad raya disebut makro-cosmos (alam raya). Baik alam raya maupun alam kecil tunduk pada suatu hukum yang dinamakan hukum alam yang telah ditetapkan yakni nasib/fatum. Perjalanan hidup matahari, bintang, manusia dan sebagainya, tidak menyimpang dari jalan/lingkaran yang ditentukan oleh nasib/fatum.
Pandangan sejarah menurut hukum fatum di indonesia disebut cakra-manggiling (roda berputar). Manusia menurut cakra-manggiling tidak dapat melepaskan diri dari cakram (roda) yang berputar terus menerus itu. Nasib manusia telah ditentukan , bergerak naik turun sesuai gerak irama cakram makro-cosmos dan mikro-cosmos.
Tidak perlu lagi memikirkan kejadian apa yang menimpanya karena telah dikodratkan. Masa yang sekarang perlu dinikmati sepuas-puasnya, bergembira dengan ketentuan nasib.

2.      Pandangan Sejarah Zaman Pertengahan (Menurut Santo Agustinus)

Santo Agustinus, menulis pandangannya tentang sejarah dalam karyanya yang tekenal Civitas Dei (kerajaan tuhan). Dalam bukunya mengatakan bahwa sejarah adalah epos perjuangan antara dua unsur yang saling bertentangan, yakni yang baik dan yang jahat atau civitas dei dengan civitas diaboli (diaboli = setan, iblis). Mula-mula manusia mengikuti civitas diaboli, tetapi kemudia akan mengikuti dan tegak dalam civitas dei.
Paham fatum yunani(siclis) mempengaruhi pandangan sejarah Agustinus. Terutama tentang fatum atau nasib, kadar terdapat dalam pandangannya, tetapi fatum bukanlah menjadi kekuatan tunggal yang berasal dari hukum alam, melainkan kehendak Tuhan.


3.      Teori Progresif-Linear Menurut Ibnu Khaldun (1332-1406 M)

Kalau pandangan sejarah menurut santo Agustinus berdasarkan kehendak Tuhhan, maka menurut Ibnu khaldum bahwa sejarah adalah berdasarkan pada kenyataan. Dan tujuan sejarah adalah agar manusia sadar akan perubahan masyarakat.
Menurut Ibnu Khaldun, bahwa seluruh peristiwa dalam panggung sejarah kemanusiaan itu adalah suatu garis menaik dan meningkat ke arah kemajuan dan kesempurnaan. Pencetus teori progresif-linear ini memandang, bahwa sejarah berlangsung dalam suatu garis linear yang menuju ke progres dan profeksi, dengan indikatornya adalah peristiwa/fakta-fakta sejarah sebagai hasil perbuatan manusia yang mengandung nilai-nilai kesejarahan.
Sedangkan teorinya tentang Ashabyah atau perasaan cinta golongan atau perasaan bermasyarakat, menurutnya bahwa solidaritas sosial muncul karena mengutamakan sebagai akhlak/moral dan menempatkan orang pada peranan yang tepat serta pengaruh faktor geneologis atau keturunan.

4.      Teori Sejarah Menurut Oswald Spengler (1880-1936)

O Spengler tersohor karena dengan kitabnya yang berjudul : Der Untergang des Abendlandes (Decline of the West = keruntuhan dunia barat-eropa). Spengler bertindak laksana seorang ahli nujum : meramalkan keruntuhan eropa.
Ramalan itu atas keyakinan bahwa gerak sejarah ditentukan oleh hukum alam yang disebut nasib, fatum, atau dalam bahasa jerman schicksal. Dalil Spengler bahwa kehidupan sebuah kebudayaan dalam segalah-galahnya sama dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan, kehidupan hewan dan perikehidupan manusia. Persalaan itu pula dengan alam semesta : makro-cosmos dan mikro-cosmos, sama dengan susunan dan sama kehidupannya. Adapun persamaan itu berdasarkan kehidupan organis yang dikuasasi hukum-syclus sebagai wujud dari pada fatum. Hukum itu tampak pada cyclus:
ALAM
MANUSIA
TUMBUH-TUMBUHAN
HARI
KEBUDAYAAN
Musim semi
Masa muda
Masa pertumbuhan
pagi
pertumbuhan
Musim panas
Masa dewasa
Masa berkembang
siang
perkembangan
Musim rontok
Masa pada puncaknya
Masa berbuah
sore
kejayaan
Musim dingin
Masa tua
Masa rontok
malam
keruntuhan

Tiap-tiap masa pasti datang pada waktunya, sesudah musim dingin pasti musim semi datang pula. Itulah keharusan alam, itulah yang pasti-mesti-tentu terjadi. Manusia tidak dapat berbuat apa-apa kecuali menerimah amor fati.
Seperti dalam historis-materialisme sesudah masyarakat kapitalispasti-mesti-tentu datang masyarakat tak berkelas, demikian pula suatu kebudayaan pasti-mesti-tentu runtuh apabilah sudah melewati puncak kebesarannya. Maka oleh sebab itu keruntuhan suatu kebudayaan dapat diramalkan terlebih dahulu berdasarkan perhitungan.
Apakah kebudayaan itu? Kebudayaan adalah wujud dari seluruh kehidupan manusia:bahasa, adat, industri, filsafatdan sebagainya. Ditiap-tiap wilayah kehidupan manusia timbul suatu kebudayaan barat (eropa-amerika), india, tiongkok, mesir, babilonia dsb. Kebudayaan-kebudayaan semuanya mengalami masa lahir-muda-dewasa-tua-mati, tepat seperti tumbuh-tumbuhan biasa.
Spengler mengadakan perbedaan antara kultur dengan civilization. Kultur adalah kebudayaan yang masih hidup, dapat tumbuh dan berkembang, seperti sebuah dahan yang masih bisa berbunga. Sedangkan civilization adalah kebudayaan yang sudah tidak dapat tumbuh lagi, sudah mati. Contoh musik keroncong adalah suatu yang masih hidup dan masih tumbuh terus. Seni pahat candi adalah suatu seni yang sudah mati. Sembah sebagai kultur  adalah perjalanan menerimah berkah dari seorang yang dipandang sakti. Sembah sebagai civilization adalah adat kebiasaan yang dilaksanakan tanpa merasakan apa-apa secara mekanis (dengan sendirinya)
Suatu kebudayaan sudah mendekati keruntuhan apabilah kultur sudah menjadi civilization. Apabila kultur sudah kehilangan jiwanya maka daya pencipta dan gerak sejarah membeku.
Apa tujuan gerak sejarah?gerak sejarah tidak bertujuan sesuatu kecuali melahirkan-membesarkan-mengembangkan-meruntuhkan kebudayaan kebudayaan. Bandingkan tujuan kehidupan padi? Bertumbuh – berbuah – mati, itulah tujuan siklus kehidupannya.
Spengler menyelidiki kebudayaan barat dengan sejarah kebudayaan-kebudayaan yang sudah tenggelam kalau ia berkesimpulan bahwa:
1        Kebudayaan barat sudah sampai pada masa tua. Yaitu masa civilization.
2        Sesudah masa civilization itu kebudayaan barat pasti-mesti-tentu runtuh
3        Manusia barat harus dengan bersikap berani menghadapi keruntuhan itu.

Mempelajari sejarah tujuannya adalah mengetahui tingkat kebudayaan (diagnose) seperti seorang dokter menentukan sifat seorang penderita. Sesudah diagnose ditentukan, nasib kebudayaan itu dapat diramalkan sehingga untuk seterusnya pemilik kebudayaan itu dapat menentukan sikap-sikap mereka.

5.      Teori Sejarah Dan Pandangan Filsafat Sejarah Menurut Arnold J. Toynbee (1889-....)
Seorang sarjana inggris yang menggemparkan dunia sejarah adalah Arnold J. Toynbee dengan karangannya ” A Study of History”. Teori Toynbee didasarkan pada penyelidikan 21 kebudayaan sempurnah seperti junani-roma, maya (amerika tengah), hindu, barat (eropa), eropa timur dsb, dan 9 kebudayaan tidak sempurnah seperti eskimo, sparta, polynesia, turki dsb. Kesimpulannya adalah bahwa dalam gerak sejarah tidak terdapat hukum tertentu yang menguasai dan mengetur timbul tenggelamnya kebudayaan-kebudayaan dengan pasti.
Yang disebut kebudayaan (civilization) oleh Toynbee ialah wujud daripada kehidupan suatu golongan seluruhnya yaitu seperti yang disebutkan oleh O Spengler sebagai kultur dan civilization.




Menurut Toynbee gerak sejarah melalui tingkatan-tingkatan seperti berikut:
   Genesis of civilization – lahirnya kebudayaan.
Suatu kebudayaan terjadi, dilahirkan karena tantangan dan jawaban (challenge and response) antara manusia dengan alam sekitarnya. Dalam alam yang baik manusia berusaha mendirikan sebuah kebudayaan seperti eropa, india tiongkok. Didaerah yang terlalu dingin seolah-olah kegiatan manusia membeku (eskimo), daerah yang terlalu panas tak dapat timbul suatu kebudayaan (sahara, kalhari, gobi). Maka apabilah tantangan alam itu baik maka timbulah suatu kebudayaan.

   Growth of civilization – perkembangan kebudayaan
Pertumbuhan dan perkembangan suatu kejadian digerakan oleh sebagian kecil dari pihak-pihak kebudayaan itu. Jumlah kecil (minority) itu menciptakan kebudayaan, dan masa (mayority0 meniru, tanpa minority yang kuat dan dapat mencipta, suatu kebudayaan tidak dapat berkembang.

   Decline of civilization – keruntuhan kebudayaan
Apabilah minority menjadi lemah dan kehilangan daya penciptanya, maka tantangan-tantangan dari alam tidak dapat dijawab lagi. Minority menyerah, mundur dan pertumbuhan tidak terdapat lagi. Apabilah keadaan sudah memuncak seperti ini, maka keruntuhan (decline) mulai tampak.

Keruntuhan kebudayaan berlangsung dalam tiga fase/gelombang yaitu :
1        Breakdown of civilization – kemerosotan kebudayaan.
Oleh sebab minoritas kehilangan daya menciptanya serta kehilangan wibawanya maka mayoritas tidak lagi mengikuti minoritas. Peraturan dalam kebudayaan (antara minoritas dan mayoritas) pecah dan tentulah tunas-tunas hidupnya kebudayaan akan lenyap.
2        Desintegration of civilization – kehancuran kebudayaan.
Kehancuran kebudayaan mulai tampak setelah tunas-tunas kehidupan itu mati dan pertumbuhan terhenti. Setelah pertumbuhan terhenti maka seolah-olah daya hidup itu membeku dan terdapatlah suatu kebudayaan yang tidak berjiwa lagi. Toynbee menyebutkan masa ini sebagai petrification, pembuatan atau kebudayaan yang sudah menjadi batu, mati, dan menjadi fosil.
3        Dissolution of civilization – hilang dan lenyapnya kebudayaan.
Lenyapnya kebudayaan apabilah tubuh kebudayaan yang sudah membatu itu hancur lebur, lenyap.

Tiga masa ini tidak berlangsung berturut turut dengan cepat dan terbentang masa yang begitu lama kurang lebih 2000 tahun lamanya.
Pada masa breakdown sebelum masa disintegration timbul, sering terdapat suatu usaha untuk menghentikan kehancuran. Usaha-usaha itu dipimpin oleh jiwa-jiwa besar yang bertindak seolah-olah sebagai al-masih, akan tetapi perjuangan itu tidak berhasil.
Suatu usaha untuk menghentikan keruntuhan suatu kebudayaan yang mungkin berhasil ialah penggantian dari segalah norma-norma kebudayaan dengan norma-norma ketuhanan. Dengan demikian jelaslah bahwa garis besar daripada teori gerak sejarah pun sama jua : Civitas Die. Maka apabila Toynbee dapat disebut sebagai muara teori Agustinus, teori Spengler adalah bentuk-bentuk hukum-fatum-cyclus atau sejenis cakra-manggiling dalam ujud bentuk modern, maka teori-Marx merupakan muara hukum-fatum, dengan penambahan unsur-unsur evolusi.

6.      Teori Sejarah Menurut Pitirim Sorokin (1889-...)

Pitirim Sorokin adalah seorang sarjana rusia yang mengungsi ke amerika serikat sejak revolusi komunis (1917). Ia adalah ahli sosiologi yang tersohor dengan karangannya: Social and Cultural Dynamics, The Crisis Of Our Agen dan Society, Cultural and personality.
Sorokin membentangkan sebuah teori yang berlainan sekali: ia tidak mengakui adanya cyclus seperti hukum fatum ala Spengler, ia tidak menerimah pula teori evolusi seperti Karl Marx. Teori Agustinuss dan Toynbee yang menuju ke arah kerajaan Allahbaginya tak dapat disetujuinya. Sorokin berpendapat bahwa gerak sejarah terutama menunjukan Fluctuation from age to age yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam dengan berganti ganti. Apakah yang menggerakan fluctuation itu?
Ia menyatakan tentang adanya cultural universe atau alam kebudayaan dan didalam alam kebudayaan itu terdapat masyarakat-masyarakat dan aliran-aliran kebudayaan. Dalam alam yang seluas itu, terdapatlah tiga corak (types) tertentu yaitu:
4        Ideational yaitu mengenai kerohaniaan, ketuhanan, keagamaan, kepercayaan.
5        Sensate yaituyang serba jasmaniah, mengenai keduniawian, berpusatkan pada pancaindra.
6        Perpaduan antara ideational dan sensate ialah idealistik yaitu suatu kompromis.

Tiga corak diatas itu adalah suatu cara untuk menghargai atau untuk menentukan nilai suatu kebudayaan. Dan terdapat gerak fluctuations atau ganti bergantinya ideationasensate-idealistic. Memamng dalam tafsiran Sorokin tidak terdapat. Hari terakhir seperti ciptaan Augustinus, tidak ada pula kehancuran seperti tafsiran Spengler. Ia hanya melukiskan perubahan-perubahan dalam tubuh kebudayaan yang menentukan sifatnya untuk sementara waktu.
Apabilah sifat ideational lebih tinggi nilainya daripada sifat sensate dan sifat idealistik ditempatkan diantaranya, maka terdapat gambaran naik turun, timbul tenggelam, dan pasang surut dalam gerak sejarah tidak menunjukan irama dan gaya yang tetap  dan tertentu. Sorokin dalam menafsirkan gerak sejarah tidak mencari pangkal-gerak-sejarah atau muara-gerak-sejarah, ia hanya melukiskan prosesnya atau jalannyakarena itulah yang menunukan sifat-sifatnya.

7.      Teori Sejarah Menurut William H. Frederick.

Dia mengemukakan tiga teori utama sejarah, yaitu:
1        Teori perputaran yang mengatakan bahwa pola kejadian dan ide mengenai manusia terbatas sama sekali dan diulangi lagi pada selang-selang waktu tertentu.
2        Teori takdir yang menganggap bahwa semua sebab-penyebab berasal dari ikut campurnya takdir atau Allah.
3        Teori kemajuan, yang berpusatkan kepada sebab-penyebab kejadian mengenai manusia, dan selanjutnya bahwa dengan berlakunya waktu, peradaban manusia dalam keseluruhan secara otomatis mengalami perbaikan.

Tiga teori sejarah yang dikemukakan diatas sesuai dengan aliran atau konsep penglihatansejarahwan yang berpengaruh dalam ilmu sejarah, yaitu :
1        Aliran yang memandang bahwa keseluruhan kejadian dalam sejarah itu semata-mata sebagai ulangan belaka dari kejadian-kejadian yang dulu.
2        Aliran yang menafsirkan segalah kejadian didalam sejarah itu semata-mata sebagai kehendak tuhan, dimana manusia dalam panggung sejarah itu menjalankan sekadar peranan penebus dosa belaka, menuju kearah peningkatan nilai-nilai kemanusiaan.
3        Aliran yang melihat dalam seluruh kejadian-kejadian dalam panggung sejarah kemanusiaan itu adalah sesuatu garis yang menaik dan meningkat kearah kemajuan dan kesempurnaan dan memandang sejarah sebagai garis linear, garis lurus menuju ke progres dan profeksi.

8.      Teori Sejarah Menurut Murthada Mutachari

Untuk lebih memahami tentang teori sejarah oleh Murthada Mutadhari mengemukakan enam teori gerak sejarah, yaitu:
1        Teori rasial, menurut teori ini beranggapan bahwa ras-ras tertentu merupakan penyebab utama kemajuan sejarah.
2        Teori geografis,  teori ini beranggapan bahwa faktor utama penyebab  terciptanya peradaban dan budaya serta perkembangan industri adalah lingkungan fisik.
3        Teori peranan jenius dan pahlawan, teori ini beranggapan bahwa seluruh perubahan dan perkembangan  ilmu, politik dan moral disepanjang sejarah ditimbulkan oleh orang-orang jenius.
4        Teori ekonomi, teori ini beranggapan bahwa ekonomi merupakan faktor penggerak sejarah.
5        Teori keagamaan, teori ini beranggapan bahwa semua kejadian didunia ini berasal dari Tuhan.
6        Teori alam, teori ini beranggapan bahwa manusia memiliki sifat tertentu, yang bertabnggungjawab atas watak evolusioner kehidupan masyarakat.

Gerak sejarah itu ditandai dengan perubahan-perubahan yang terus berlangsung didalam kehidupan manusia sebagai makluk sosial.
Karena sejarah membicarakan perubahan manusia pada masa yang silam, maka gerak sejarah pada umumnya dianggap sebagai penyebabnya adalah manusia sendiri. Tetapi kadang-kadang pula usaha manusia tidak berhasil atau gagal, maka timbul pendapat  bahwa disamping disebabkan manusia,  adapula gerak sejarah yang disebabkan oleh diluar kekuatan manusia. Kekuatan diluar manusia itu seperti Tuhan, dewa, nasib, dan kadar.

Sumber :Teori Filsafat Sejarah : Prof. DRS.H.Rustam E. Tamburaka, M.A.

1 komentar: