PANDANGAN ATAU TEORI SEJARAH
John Muli
TUJUAN :
1
Memahami
dan menjelaskan pandangan-pandangan para ahli tentang sejarah.
2
Menjelaskan
tentang teori-teori yang dikembangan para ahli sejarah tentang perkembangan
sejarah.
Pandangan sejarah
berpangkal pada perhatian terhadap gerak sejarah masalah yang khusus mengenai
manusia. Manusia didalam sejarah berfungsi ganda. Sebagai subyek sejarah dan
sebagai obyek sejarah. Manusia sebagai peran sejarah, penulis sejarah dan
manusia juga selaku peminat sejarah. Maka, menafsirkan sejarah, tidak lain
daripada memikirkan ”diri’ manusia sendiri. Bagaimanakah manusia memandang diri
pribadinya? Ada dua pendapat yang pokok, yaitu:
1
Manusia
bebas menentukan nasib sendiri (otonom), determinisme (bahasa inggris : To
determine = menentukan)
2
Manusia
tidak bebas menentukan nasibnya : nasib manusia ditentukan oleh kekuatan diluar
pribadinya, tidak otonom. Kekuatan diluar diri manusia pada umumnya dihubungkan
dengan kepercayaan pada keadaan yang menentukan nasib manusia, yakni : Tuhan,
Alam sekitar, dan kekuatan x (tidak dikenal)
1.
Pandangan
Sejarah Menurut Hukum Fatum
Hukum fatum dalam
diri manusia bersumber dari alam pikiran yunani. Manusia pada dasarnya sama
dengan jagad raya, alam.
Manusia disebut
mikro-cosmos (alam kecil), jagad raya disebut makro-cosmos (alam raya). Baik
alam raya maupun alam kecil tunduk pada suatu hukum yang dinamakan hukum alam
yang telah ditetapkan yakni nasib/fatum. Perjalanan hidup matahari, bintang,
manusia dan sebagainya, tidak menyimpang dari jalan/lingkaran yang ditentukan
oleh nasib/fatum.
Pandangan sejarah
menurut hukum fatum di indonesia disebut cakra-manggiling (roda
berputar). Manusia menurut cakra-manggiling tidak dapat melepaskan diri dari
cakram (roda) yang berputar terus menerus itu. Nasib manusia telah ditentukan ,
bergerak naik turun sesuai gerak irama cakram makro-cosmos dan mikro-cosmos.
Tidak perlu lagi
memikirkan kejadian apa yang menimpanya karena telah dikodratkan. Masa yang
sekarang perlu dinikmati sepuas-puasnya, bergembira dengan ketentuan nasib.
2.
Pandangan
Sejarah Zaman Pertengahan (Menurut Santo Agustinus)
Santo Agustinus,
menulis pandangannya tentang sejarah dalam karyanya yang tekenal Civitas Dei
(kerajaan tuhan). Dalam bukunya mengatakan bahwa sejarah adalah epos perjuangan
antara dua unsur yang saling bertentangan, yakni yang baik dan yang jahat atau
civitas dei dengan civitas diaboli (diaboli = setan, iblis). Mula-mula manusia
mengikuti civitas diaboli, tetapi kemudia akan mengikuti dan tegak dalam
civitas dei.
Paham fatum
yunani(siclis) mempengaruhi pandangan sejarah Agustinus. Terutama tentang fatum
atau nasib, kadar terdapat dalam pandangannya, tetapi fatum bukanlah menjadi
kekuatan tunggal yang berasal dari hukum alam, melainkan kehendak Tuhan.
3.
Teori
Progresif-Linear Menurut Ibnu Khaldun (1332-1406 M)
Kalau pandangan
sejarah menurut santo Agustinus berdasarkan kehendak Tuhhan, maka menurut Ibnu
khaldum bahwa sejarah adalah berdasarkan pada kenyataan. Dan tujuan sejarah
adalah agar manusia sadar akan perubahan masyarakat.
Menurut Ibnu
Khaldun, bahwa seluruh peristiwa dalam panggung sejarah kemanusiaan itu adalah
suatu garis menaik dan meningkat ke arah kemajuan dan kesempurnaan. Pencetus
teori progresif-linear ini memandang, bahwa sejarah berlangsung dalam suatu
garis linear yang menuju ke progres dan profeksi, dengan indikatornya adalah
peristiwa/fakta-fakta sejarah sebagai hasil perbuatan manusia yang mengandung
nilai-nilai kesejarahan.
Sedangkan teorinya
tentang Ashabyah atau perasaan cinta golongan atau perasaan
bermasyarakat, menurutnya bahwa solidaritas sosial muncul karena
mengutamakan sebagai akhlak/moral dan menempatkan orang pada peranan yang tepat
serta pengaruh faktor geneologis atau keturunan.
4.
Teori
Sejarah Menurut Oswald Spengler (1880-1936)
O Spengler tersohor
karena dengan kitabnya yang berjudul : Der Untergang des Abendlandes (Decline
of the West = keruntuhan dunia barat-eropa). Spengler bertindak laksana seorang
ahli nujum : meramalkan keruntuhan eropa.
Ramalan itu atas
keyakinan bahwa gerak sejarah ditentukan oleh hukum alam yang disebut nasib,
fatum, atau dalam bahasa jerman schicksal. Dalil Spengler bahwa kehidupan
sebuah kebudayaan dalam segalah-galahnya sama dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan,
kehidupan hewan dan perikehidupan manusia. Persalaan itu pula dengan alam semesta : makro-cosmos
dan mikro-cosmos, sama dengan susunan dan sama kehidupannya. Adapun persamaan
itu berdasarkan kehidupan organis yang dikuasasi hukum-syclus sebagai wujud
dari pada fatum. Hukum itu tampak pada
cyclus:
ALAM
|
MANUSIA
|
TUMBUH-TUMBUHAN
|
HARI
|
KEBUDAYAAN
|
Musim semi
|
Masa muda
|
Masa pertumbuhan
|
pagi
|
pertumbuhan
|
Musim panas
|
Masa dewasa
|
Masa berkembang
|
siang
|
perkembangan
|
Musim rontok
|
Masa pada puncaknya
|
Masa berbuah
|
sore
|
kejayaan
|
Musim dingin
|
Masa tua
|
Masa rontok
|
malam
|
keruntuhan
|
Tiap-tiap masa
pasti datang pada waktunya, sesudah musim dingin pasti musim semi datang pula.
Itulah keharusan alam, itulah yang pasti-mesti-tentu terjadi. Manusia tidak
dapat berbuat apa-apa kecuali menerimah amor fati.
Seperti dalam
historis-materialisme sesudah masyarakat kapitalispasti-mesti-tentu datang
masyarakat tak berkelas, demikian pula suatu kebudayaan pasti-mesti-tentu
runtuh apabilah sudah melewati puncak kebesarannya. Maka oleh sebab itu
keruntuhan suatu kebudayaan dapat diramalkan terlebih dahulu berdasarkan
perhitungan.
Apakah kebudayaan
itu? Kebudayaan adalah wujud dari seluruh kehidupan manusia:bahasa, adat,
industri, filsafatdan sebagainya. Ditiap-tiap wilayah kehidupan manusia timbul
suatu kebudayaan barat (eropa-amerika), india, tiongkok, mesir, babilonia dsb.
Kebudayaan-kebudayaan semuanya mengalami masa lahir-muda-dewasa-tua-mati, tepat
seperti tumbuh-tumbuhan biasa.
Spengler mengadakan
perbedaan antara kultur dengan civilization. Kultur adalah kebudayaan yang
masih hidup, dapat tumbuh dan berkembang, seperti sebuah dahan yang masih bisa
berbunga. Sedangkan civilization adalah kebudayaan yang sudah tidak dapat
tumbuh lagi, sudah mati. Contoh musik keroncong adalah suatu yang masih hidup
dan masih tumbuh terus. Seni pahat candi adalah suatu seni yang sudah mati.
Sembah sebagai kultur adalah perjalanan
menerimah berkah dari seorang yang dipandang sakti. Sembah sebagai civilization
adalah adat kebiasaan yang dilaksanakan tanpa merasakan apa-apa secara mekanis
(dengan sendirinya)
Suatu kebudayaan
sudah mendekati keruntuhan apabilah kultur sudah menjadi civilization. Apabila
kultur sudah kehilangan jiwanya maka daya pencipta dan gerak sejarah membeku.
Apa tujuan gerak
sejarah?gerak sejarah tidak bertujuan sesuatu kecuali
melahirkan-membesarkan-mengembangkan-meruntuhkan kebudayaan kebudayaan.
Bandingkan tujuan kehidupan padi? Bertumbuh – berbuah – mati, itulah tujuan
siklus kehidupannya.
Spengler
menyelidiki kebudayaan barat dengan sejarah kebudayaan-kebudayaan yang sudah
tenggelam kalau ia berkesimpulan bahwa:
1
Kebudayaan
barat sudah sampai pada masa tua. Yaitu masa civilization.
2
Sesudah
masa civilization itu kebudayaan barat pasti-mesti-tentu runtuh
3
Manusia
barat harus dengan bersikap berani menghadapi keruntuhan itu.
Mempelajari sejarah
tujuannya adalah mengetahui tingkat kebudayaan (diagnose) seperti seorang
dokter menentukan sifat seorang penderita. Sesudah diagnose ditentukan, nasib
kebudayaan itu dapat diramalkan sehingga untuk seterusnya pemilik kebudayaan
itu dapat menentukan sikap-sikap mereka.
5.
Teori
Sejarah Dan Pandangan Filsafat Sejarah Menurut Arnold J. Toynbee (1889-....)
Seorang sarjana
inggris yang menggemparkan dunia sejarah adalah Arnold J. Toynbee dengan
karangannya ” A Study of History”. Teori Toynbee didasarkan pada penyelidikan
21 kebudayaan sempurnah seperti junani-roma, maya (amerika tengah), hindu,
barat (eropa), eropa timur dsb, dan 9 kebudayaan tidak sempurnah seperti
eskimo, sparta, polynesia, turki dsb. Kesimpulannya adalah bahwa dalam gerak
sejarah tidak terdapat hukum tertentu yang menguasai dan mengetur timbul
tenggelamnya kebudayaan-kebudayaan dengan pasti.
Yang disebut
kebudayaan (civilization) oleh Toynbee ialah wujud daripada kehidupan suatu
golongan seluruhnya yaitu seperti yang disebutkan oleh O Spengler sebagai
kultur dan civilization.
Menurut Toynbee
gerak sejarah melalui tingkatan-tingkatan seperti berikut:
Genesis of civilization – lahirnya
kebudayaan.
Suatu
kebudayaan terjadi, dilahirkan karena tantangan dan jawaban (challenge and
response) antara manusia dengan alam sekitarnya. Dalam alam yang baik manusia
berusaha mendirikan sebuah kebudayaan seperti eropa, india tiongkok. Didaerah
yang terlalu dingin seolah-olah kegiatan manusia membeku (eskimo), daerah yang
terlalu panas tak dapat timbul suatu kebudayaan (sahara, kalhari, gobi). Maka
apabilah tantangan alam itu baik maka timbulah suatu kebudayaan.
Growth of civilization – perkembangan
kebudayaan
Pertumbuhan
dan perkembangan suatu kejadian digerakan oleh sebagian kecil dari pihak-pihak
kebudayaan itu. Jumlah kecil (minority) itu menciptakan kebudayaan, dan masa
(mayority0 meniru, tanpa minority yang kuat dan dapat mencipta, suatu
kebudayaan tidak dapat berkembang.
Decline of civilization – keruntuhan
kebudayaan
Apabilah
minority menjadi lemah dan kehilangan daya penciptanya, maka
tantangan-tantangan dari alam tidak dapat dijawab lagi. Minority menyerah,
mundur dan pertumbuhan tidak terdapat lagi. Apabilah keadaan sudah memuncak
seperti ini, maka keruntuhan (decline) mulai tampak.
Keruntuhan kebudayaan berlangsung dalam tiga
fase/gelombang yaitu :
1
Breakdown of civilization – kemerosotan
kebudayaan.
Oleh
sebab minoritas kehilangan daya menciptanya serta kehilangan wibawanya maka
mayoritas tidak lagi mengikuti minoritas. Peraturan dalam kebudayaan (antara minoritas dan
mayoritas) pecah dan tentulah tunas-tunas hidupnya kebudayaan akan lenyap.
2
Desintegration of civilization – kehancuran
kebudayaan.
Kehancuran kebudayaan mulai tampak setelah tunas-tunas
kehidupan itu mati dan pertumbuhan terhenti. Setelah pertumbuhan terhenti maka
seolah-olah daya hidup itu membeku dan terdapatlah suatu kebudayaan yang tidak
berjiwa lagi. Toynbee menyebutkan masa ini sebagai petrification, pembuatan
atau kebudayaan yang sudah menjadi batu, mati, dan menjadi fosil.
3
Dissolution of civilization – hilang dan
lenyapnya kebudayaan.
Lenyapnya
kebudayaan apabilah tubuh kebudayaan yang sudah membatu itu hancur lebur,
lenyap.
Tiga masa ini tidak
berlangsung berturut turut dengan cepat dan terbentang masa yang begitu lama
kurang lebih 2000 tahun lamanya.
Pada masa breakdown
sebelum masa disintegration timbul, sering terdapat suatu usaha untuk
menghentikan kehancuran. Usaha-usaha itu dipimpin oleh jiwa-jiwa besar yang
bertindak seolah-olah sebagai al-masih, akan tetapi perjuangan itu tidak
berhasil.
Suatu usaha untuk
menghentikan keruntuhan suatu kebudayaan yang mungkin berhasil ialah
penggantian dari segalah norma-norma kebudayaan dengan norma-norma ketuhanan.
Dengan demikian jelaslah bahwa garis besar daripada teori gerak sejarah pun
sama jua : Civitas Die. Maka apabila Toynbee dapat disebut sebagai muara teori
Agustinus, teori Spengler adalah bentuk-bentuk hukum-fatum-cyclus atau sejenis
cakra-manggiling dalam ujud bentuk modern, maka teori-Marx merupakan muara
hukum-fatum, dengan penambahan unsur-unsur evolusi.
6.
Teori
Sejarah Menurut Pitirim Sorokin (1889-...)
Pitirim Sorokin adalah
seorang sarjana rusia yang mengungsi ke amerika serikat sejak revolusi komunis
(1917). Ia adalah ahli sosiologi yang tersohor dengan karangannya: Social and
Cultural Dynamics, The Crisis Of Our Agen dan Society, Cultural and
personality.
Sorokin membentangkan
sebuah teori yang berlainan sekali: ia tidak mengakui adanya cyclus seperti
hukum fatum ala Spengler, ia tidak menerimah pula teori evolusi seperti Karl
Marx. Teori Agustinuss dan Toynbee yang menuju ke arah kerajaan Allahbaginya
tak dapat disetujuinya. Sorokin berpendapat bahwa gerak sejarah terutama
menunjukan Fluctuation from age to age yaitu naik turun, pasang surut,
timbul tenggelam dengan berganti ganti. Apakah yang menggerakan fluctuation
itu?
Ia menyatakan tentang
adanya cultural universe atau alam kebudayaan dan didalam alam kebudayaan
itu terdapat masyarakat-masyarakat dan aliran-aliran kebudayaan. Dalam alam yang seluas itu, terdapatlah tiga corak
(types) tertentu yaitu:
4
Ideational yaitu mengenai kerohaniaan, ketuhanan, keagamaan,
kepercayaan.
5
Sensate yaituyang serba jasmaniah, mengenai keduniawian,
berpusatkan pada pancaindra.
6
Perpaduan
antara ideational dan sensate ialah
idealistik yaitu suatu kompromis.
Tiga corak diatas itu
adalah suatu cara untuk menghargai atau untuk menentukan nilai suatu
kebudayaan. Dan terdapat gerak fluctuations atau ganti bergantinya
ideationasensate-idealistic. Memamng dalam tafsiran Sorokin tidak terdapat.
Hari terakhir seperti ciptaan Augustinus, tidak ada pula kehancuran seperti
tafsiran Spengler. Ia hanya melukiskan perubahan-perubahan dalam tubuh
kebudayaan yang menentukan sifatnya untuk sementara waktu.
Apabilah sifat
ideational lebih tinggi nilainya daripada sifat sensate dan sifat idealistik
ditempatkan diantaranya, maka terdapat gambaran naik turun, timbul tenggelam,
dan pasang surut dalam gerak sejarah tidak menunjukan irama dan gaya yang
tetap dan tertentu. Sorokin dalam
menafsirkan gerak sejarah tidak mencari pangkal-gerak-sejarah atau
muara-gerak-sejarah, ia hanya melukiskan prosesnya atau jalannyakarena itulah
yang menunukan sifat-sifatnya.
7.
Teori
Sejarah Menurut William H. Frederick.
Dia mengemukakan tiga
teori utama sejarah, yaitu:
1
Teori
perputaran yang mengatakan bahwa pola kejadian dan ide mengenai manusia
terbatas sama sekali dan diulangi lagi pada selang-selang waktu tertentu.
2
Teori
takdir yang menganggap bahwa semua sebab-penyebab berasal dari ikut campurnya
takdir atau Allah.
3
Teori
kemajuan, yang berpusatkan kepada sebab-penyebab kejadian mengenai manusia, dan
selanjutnya bahwa dengan berlakunya waktu, peradaban manusia dalam keseluruhan
secara otomatis mengalami perbaikan.
Tiga teori sejarah yang
dikemukakan diatas sesuai dengan aliran atau konsep penglihatansejarahwan yang
berpengaruh dalam ilmu sejarah, yaitu :
1
Aliran
yang memandang bahwa keseluruhan kejadian dalam sejarah itu semata-mata sebagai
ulangan belaka dari kejadian-kejadian yang dulu.
2
Aliran
yang menafsirkan segalah kejadian didalam sejarah itu semata-mata sebagai
kehendak tuhan, dimana manusia dalam panggung sejarah itu menjalankan sekadar
peranan penebus dosa belaka, menuju kearah peningkatan nilai-nilai kemanusiaan.
3
Aliran
yang melihat dalam seluruh kejadian-kejadian dalam panggung sejarah kemanusiaan
itu adalah sesuatu garis yang menaik dan meningkat kearah kemajuan dan
kesempurnaan dan memandang sejarah sebagai garis linear, garis lurus menuju ke
progres dan profeksi.
8.
Teori
Sejarah Menurut Murthada Mutachari
Untuk lebih memahami
tentang teori sejarah oleh Murthada Mutadhari mengemukakan enam teori gerak
sejarah, yaitu:
1
Teori
rasial, menurut teori ini beranggapan bahwa ras-ras tertentu merupakan penyebab
utama kemajuan sejarah.
2
Teori
geografis, teori ini beranggapan bahwa
faktor utama penyebab terciptanya
peradaban dan budaya serta perkembangan industri adalah lingkungan fisik.
3
Teori
peranan jenius dan pahlawan, teori ini beranggapan bahwa seluruh perubahan dan
perkembangan ilmu, politik dan moral
disepanjang sejarah ditimbulkan oleh orang-orang jenius.
4
Teori
ekonomi, teori ini beranggapan bahwa ekonomi merupakan faktor penggerak
sejarah.
5
Teori
keagamaan, teori ini beranggapan bahwa semua kejadian didunia ini berasal dari
Tuhan.
6
Teori
alam, teori ini beranggapan bahwa manusia memiliki sifat tertentu, yang
bertabnggungjawab atas watak evolusioner kehidupan masyarakat.
Gerak sejarah itu
ditandai dengan perubahan-perubahan yang terus berlangsung didalam kehidupan
manusia sebagai makluk sosial.
Karena sejarah
membicarakan perubahan manusia pada masa yang silam, maka gerak sejarah pada
umumnya dianggap sebagai penyebabnya adalah manusia sendiri. Tetapi
kadang-kadang pula usaha manusia tidak berhasil atau gagal, maka timbul
pendapat bahwa disamping disebabkan
manusia, adapula gerak sejarah yang
disebabkan oleh diluar kekuatan manusia. Kekuatan diluar manusia itu seperti
Tuhan, dewa, nasib, dan kadar.
Sumber :Teori
Filsafat Sejarah : Prof. DRS.H.Rustam E. Tamburaka, M.A.
makasih. akhirnya dapat juga teori sejarah
BalasHapus