TEORI-TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
Pengertian belajar menurut pandangan teori
behavioristik, adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar jika ia
telah menunjukan perubahan tingkah laku.
Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan
atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau out put yang berupa respon.
Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting
diperhatikan, karena tidak dapat diamati dan diukur. Yang hanya dapat diamati
adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa saja yang diberikan guru
(stimulus), dan apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya dapat diamati dan
diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal
yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting dari teori
behavioristik adalah faktor penguatan(reinforcement). Penguatan adalah apa saja
yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bilah penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan
dikurangi (negative reinforcement) respon akan tetap dikuatkan.
Tokoh-tokoh penting dalam teori behavioristik
antara lain :
v Torndike, meurutnya belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon. Teori Torndike ini disebut juga aliran koneksionisme
(Connectionism)
v Watson, menurutnya belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud
harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur.
v Clark Hull, menurutnya belajar adalah
proses interaksi antara stimulus dan respon, namun menurutnya setiap stimulus
yang diberikan harus berhubungan dengan kebutuhan dan pemuasan biologis.
v Edwin Guthrie, menurutnya belajar adalah
proses interaksi antara stimulus dan respon, dimana stimulus tidak harus
berhubungan dengan kebutuhan dan pemuasan bilogis. Dijelaskan bahwa hubungan
antara stimulus dan respon cendrung hanya bersifat sementara. Oleh sebab itu
dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus
agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat tetap.
v Skinner, menurutnya belajar adalah
hubungan antara stimulus dan respon yang
terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulakn
perubahan tingkah laku. Dikatakan bahwa respon yang diberikan seseorang/siswa
tidaklah sesederhana itu, sebab pada dasrnya stimulus-stimulus yang diberikan
kepada seseorang akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus
tersebut akan mempengaruhi bentuk respon yang akan diberikan.
Pandangan teori behavioristik ini cukup lama
dianut oleh para guru dan pendidik. Dari semua pendukung teori ini, teori
Skinner lah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori-teori
belajar behavioristik, seperti program-program pembelajaran seperti Teaching machine, pembelajaran
berprogram, modul dan program-program lainnya yang berpijak pada hubungan
stimulus dan respon serta mementingkan faktor penguatan (reinforcement)
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahw
kegiatan belajar ditekankan sebagai aktivitas ”mimetic” yang menuntut siswa
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi
pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan
evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban benar.
Jawaban yang benar menunjukan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.
TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan
persepsi dan pemehaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat
diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur
kognitif yang telah dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika
materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang
telah dimiliki seseorang. Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar
bukan pada hasil belajar.
Teori ini berpendapat bahwa belajar merupakan
suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi,
emosi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Dalam praktek-praktek pembelajaran, teori-teori
kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti ”tahap-tahap
perkembangan” oleh J.Piaget, Advanced organizer oleh Ausebeel, pemahaman konsep
oleh Brunner, hirarki belajar oleh Gagne, Webteaching oleh Norman dan
sebagainya.
Diantara para pakar teori kognitif, paling tidak
ada tiga yang terkenal yaitu:
- J.Piaget, menurutnya kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola-pola perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Tahap-tahap perkembangan itu adalah :
- Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun)
- Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
- Tahap operasional konkret (umur 7/8-11/12 tahun)
- Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
Menurutnya , proses belajar akan terjadi
jika melalui tahap-tahap asimilasi, akomodasi dan equilibrasi/penyeimbangan.
Asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi baruke
dalam struktur kogniitif yang telah dimiliki oleh seseorang. Akomodasi
merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru, sedangkan
equilibrasi merupakan penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.
o Brunner,dengan teorinya free discovery learning mengatakan bahwa
belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan/informasi,
dan bukan ditentukan oleh umur. Menurut Brunner tahap perkembangan kognitif
terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan,
yaitu:
§ Tahap Enaktif, seseorang melakukan
aktifitas-aktivitas dalam upayanuntuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya
dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya
melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dsb.
§ Tahap Ikonik, seseorang memahami
objek-objek/dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal, maksudnya
dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan(tampil)
dan perbandingan(komparasi).
§ Tahap Simbolik, seseorang telah mampuh
memiliki ide-ide/gagasan-gagasan abstrak yang sangat mempengaruhi oleh kemampuannya
dalam berbahasa dan logika
o Ausubel, menurutnya bahwa proses belajar
terjadi jika seseorang mampuh mengasimilasikan pengetahuan yang yelah
dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar melalui tahap-tahap
memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan
informasi yang sudah dipahami.
Salam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa
secara aktif amat diperhatikan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi
belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki siswa. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola/logika
tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada diri siswa
perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar
siswa.
TEORI BELAJAR KONTRUKTIVISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
- Karakteristik Manusia Masa Depan yang Diharapkan.
Upaya membangun sumber daya manusia ditentukan
oleh karakteristik manusia dan masyarakat masa depan yang dikehendaki.
Karakteristik manusia masa depan yang dikehendaki adalah manusia-manusia yang
memiliki kepekaan, kemandirian, bertanggung jawab terhadap resiko yang dalam
mengambil keputusan, mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar
yang terus menerus untuk menemukan diri sendiri dan menjadi diri sendiri yaitu
suatu proses.....learn to be. Mampuh
melakukan kolaborasi dalam memecahkan masalah yang luas dan kompleks nagi
kelestarian dan kejayaan bangsanya (Raka Joni,1990).
Langkah strategis bagi perwujudan tujuan siatas
adalah adanya layanan ahli kependidikan yang berhasil guna dan berdaya guna
tinggi. Student Active learning atau
pendekatan cara belajar siswa aktif di dalam pengelolaan kegiatan belajar
mengajar yang mengakui sentralitas peranan siswa didalam proses belajar, adalah
landasan yang kokoh bagi terbentuknya manusia-manusia masa depan yang
diharapkan. Penerapan ajaran tut wuri
handayani merupakan wujud nyata yang bermakna bagi manusia masa kini dalam
rangka menjemput masa depan.
- Konstruksi Pengetahuan
Apa pengetahuan itu? Menurut pendekatan
konstruktivistik, pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang
sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap
objek, pengalaman, maupun lingkungannya.
- Proses Mengkonstruksi Pengetahuan
Von Galserfeld, mengemukakan bahwa ada beberapa
cara/kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan, yaitu:
§ Kemampuan mengingat dan mengungkapkan
kembali pengelaman
§ Kemampuan membandingkan dan mengambil
keputusan akan kesamaan dan perbedaan
§ Kemampuan untuk lebih menyukai suatu
pengalaman yang satu dari pada yang lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses mengkonstruksi pengetahuan adalah
konstruksi pengetahuan seseorang yang telah ada, dominan pengetahuan dan
jaringan struktur kognitif yang dimilikinya.
Proses belajar aebagai suatu usaha pemberian makna
oleh siswa kepada pengalaman melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan
membentuk suatu konstruksi pengetahuan yang menuju pada kemutakhiran struktur
kognitif. Guru-guru konstruktivistik yang mengakui dan menghargai dorongan diri
manusia/siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, kegiatan
pembelajaran yang dilakukannya akan diarahkan agar terjadi aktivitas konstruksi
pengetahuan oleh siswa secara optimal.
Karakteristik pembelajaran yang dilakukannya
adalah:
§ Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum
yang berisi fakta-fakta lepas yang sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya secara lebih luas.
§ Menempatkan siswa sebagai kekuatan
timbulnya interes, untuk membuat hubungan diantara ide-ide atau gagasannya,
kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta membuat
kesimpulan-kesimpulan.
§ Guru bersama-sama siswa mengkaji
pesan-pesan penting bahwa dunia adalah kompleks, dimana terdapat bermacam-macam
pandangan tentang kebenaran yang datang dari berbagai interpretasi.
§ Guru mengakui bahwa proses belajar serta
penilaiannya merupakan suatu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak benar
dan tidak mudah dikelolah.
TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah
untuk memanusiakan manusia, oleh sebab itu teori belajar humanistik sifatnya
lebih abstrak dan lebih mendekati kajian filsafat, teori kepribadian dan
psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Proses belajar dianggap
berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan
kata lain, siswa telah mampuh mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori
humanistik cendrung bersifat elektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan
teori apa saja asal tujuannya tercapai.
Ada beberapa tokoh penganut aliran humanistik,
diantaranya adalah:
- Kolb, dengan konsepnya tentang empat tahap dalam belajar, yaitu : pengalaman konkret, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi dan eksperimentasi aktif.
- Honey dan mumford, menggolongkan siswadalam belajar menjadi empat, yaitu; aktifis, reflektor, teoris dan pragmatis.
- Hubermas, membedakan tiga macam atau tipe belajar, yaitu: belajar teknis, belajar pragtis dan belajar emansipatoris.
- Bloom dan Krathwohl, dengan tiga kawasan tujuan belajar yaitu: kognitif, psikomotor dan afektif.
- Ausubel, walaupun termasuk dalam aliran kognitifisme, ia terkenal dengan konsepnya belajar bermakna (Meaning Learning)
Aplikasi teori humanistik dalam proses
pembelajaran cendrung mendorong siswa untuk berpikir induktif. Teori ini juga
amat mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam
belajar.
TEORI BELAJAR SIBERNETIK DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
Teori belajar sebernetik merupakan teori belajar
yang relatif baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Teori ini
berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut
teori belajar siberneti belajar adalah pemrosesan informasi. Teori ini lebih
mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari. Bagaimana
proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan oleh sistem informasi dari
pesan tersebut. Oleh sebab itu, teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu
jenis pun cara belajar yang ideal untuk segalah situasi, sebab cara belajar
sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Teori ini telah dikembangkan oleh para
penganutnya, antara lain seperti pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada
pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Gage dan Berliner, Biehler dan
Snowman, Baine serta Tennyson.
Bahwa proses pengolahan imformasi dalam ingatan
dimulai dari proses penyajian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan
informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali
informasi-informasi yang disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri
dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak
secara hirarkis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang
paling umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.
Konsepsi Landa dengan model pendekatannya yang
disebut algoritmik dan heuristik mengatakan bahwa belajar algoritmik menuntut
siswa untuk berpikir skematis, tahap demi tahap, linear, menuju pada target
tujuan tertentu, sedangkan belajar heuristik menuntut siswa untuk berpikir
devergen, menyebar ke beberapa target tujuan sekaligus.
Pask dan Scott membagi siswa menjadi tipe menyeluruh/wholist, dan tipe
serial/serialist. Mereka mengatakan bahwa siswa yang bertipe wholist cendrung mempelajari sesuatu
yang paling umum menuju ke hal-hal yang lebih khusus, sedangkan siswa yang
bertipe serialist dalam berpikir akan
menggunakan cara setahap demi setahap atau linear.
Aplikasi teori pengolahan informasi dalam
pembelajaran antara lain dirumuskan dalam teori Gage dan Briggs yang
mengekspresikan adanya:
- Kapabilitas belajar
- Pristiwa pembelajaran
- Pengorganisasian/urutan pembelajaran.
TORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
Aliran behavioristik yang banyak digunakan dalam
kegiatan pendidikan dan pembelajaran selama ini kurang dapat menjawab
masalah-masalah sosial. Pendekatan ini banyak di anut dalam praktek-praktek
pendidikan dan pembelajaran mulai dari pendidikan yang rendah sampai pada
tingkat yang paling tinggi, namun ternyata tidak dapat mampuh menjawab
masalah-masalah dan tuntutan kehidupan global. Hasil pendidikan tidak mampuh
menumbuhkembangkan anak-anak untuk lebih menghargai perbedaan dalam konteks sosial
budaya yang beragam. Mereka kurang mampuh berpikir kreatif, kritis dan
produktif, tidak mampuh mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan
berkolaborasi serta pengelolaan diri.
Pendekatan kognitif dalam belajar dan pembelajaran
yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian berkembang ke dalam aliran
konstruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya. Teori ini bila dicermati ada
beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kontraproduktif dalam
kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan ideologi individualisme dan
gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya barat. Pendekatan ini
kurang ssesuai dengan tuntutan revolusi-sosiokultural yang berkembang
akhir-akhir ini.
Pandangan yang dianggap lebih mampuh mengakomodasi
tuntutan socicultural-revolution adalah
teori belajar yang dikembangkan oleh Vygotsky. Dikemukakan bahwa peningkatan
fungsi-fungsi mental seseorang terutama berasal dari kehidupan sosial atau
kelompoknya, dan bukan sekedar dari individu itu sendiri. Teori Vygotsky sebenarnya
lebih tepat disebut sebagai pendekatan ko-konstruktivisme.
Konsep-konsep penting dalam teorinya adalah genetic low of development, zona of proximal
development, dan mediasi, mampuh membuktikan bahwa jalan pikiran seseorang
harus dimengerti dari latar sosial budaya dan sejarahnya. Perolehan pengetahuan
dan perkembangan kognitif seseorang seturut dengan teori sociogenesis, dimensi kesadaran sosial bersifat primer
sedangkan dimensi individual bersifat
sekunder.
Berdasarkan teori Vygotsky maka dalam kegiatan
pembelajaran hendaknya anak memperoleh kesempatan yang luas untuk zona
perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang. Guru
perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan (helps/cognitive
scaffolding) yang dapat menfasilitasi anak-anak agar mereka dapat memecahkan
permasalahan yang dihadapinya. Bantuan dapat dalam bentuk contoh, pedoman,
bimbingan orang lain atau teman yang lebih kompoten. Bentuk-bentuk pembelajaran
kooperativc-kolaboratif serta belajar kontekstual sangat tepat digunakan.
Sedangkan anak yang telah mampuh belajar sendiri perlu di tingkatkan
tuntutannya, sehingga tidak perlu menunggu anak yang berada dibawahnya. Dengan
demikian diperlukan pemahaman yang tepat tentang karakteristik siswa dan budayanya sehingga
sebagai pijakan dalam pembelajaran.
TEORI
KECERDASAN MAJEMUK (MULTYPLE INTELEGENCE) DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
A. TEORI KECERDASAN GANDA
Howard Gardner memperkenalkan
dan sekaligus mempromosikan hasil penelitiannya yang berkaitan dengan
kecerdasan ganda (Multyple Inteligences). Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
tidak ada satuan kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan,
melainkan semua kecerdasan bekerja sama sebagai satu kesatuan yang utuh dan
terpadu.
Pokok pemikiran yang
dikemukakan Gardner adalah :
- Manusia mempunyai kemampuan meningkatkan dan memperkuat kecerdasan.
- Kecerdasan selain dapat berubah dapat pula di ajarkan kepada orang lain.
- Kecerdasan merupakan realitas yang majemuk yang muncul dibagian-bagian yang berbeda pada sistem otak atau pemikiran manusia.
- Pada tingkat tertentu,kecedasan ini merupakan satu kesatuan yang utuh, artinya dalam memecahkan masalah atau tugas tertentu, seluruh macam kecerdasan bekerja bersama-sama, kompak dan terpadu.
Howard Gardner (1983) mengemukakan bahwa pada
dasarnya manusia memiliki tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu :
- Kecerdasan bahasa/ verbal
- Kecerdasan matematis logis
- Kecerdasan spasial/ruang
- Kecerdasan kinestetis jasmani
- Kecerdasan musikal
- Kecerdasan interpersonal
- Kecerdasan intrapersonal
Tiga kegerdasan lagi yang muncul kemudian adalah :
- Kecerdasan Naturalis
- Kecerdasan Spiritual
- Kecerdasan Eksistensial
1.
Kecerdasan Bahasa.
Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir
dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan arti yang
kompleks. Contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan bahasa yaitu : pengarang,
penyair, wartawan, pembicara, pembaca berita, humor, berpikir simbolik.
Kecerdasan ini dapat di perkuat dengan kegiatan-kegiatan berbahasa baik tulisan
dan lisan.
2. Kecerdasan
Matematik/logika
Kecerdasan logis matematis memungkinkan seseorang
terampil dalam melakukan hitungan, penghitungan atau kuantifikasi, mengemukakan
proposisi dan hipotesis dan melakukan operasi matematis yang kompleks.
Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan matematis logis adalah ilmuwan,
matematikawan, akuntan, insinyur, dan pemrogram computer. Kecerdasan ini
diaktifkan bila seseorang mengahadapi masalah atau tantangan baru dan berusaha
menyelesaikannya.
3. Kecerdasan Spasial/ruang.
Orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah
orang yang memiliki kapasitas dalam berfikir secara tiga dimensi. Contoh
– contoh orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah pelaut, pilot,
pematung, pelukis dan arsitek. Kecerdasan spasial memungkinkan individu dapat
mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan mengartikan
atau mengkomunikasikan informasi grafis. Kuncinya adalah kemampuan indra
pandang dan berimajinasi.
4. Kecerdasan Kinestetis
Jasmani.
Kecerdasan kinestetik tubuh adalah kecerdasan yang
memungkinkan seorang memanipulasi objek dan cakap melakukan aktivitas fisik. Contoh-contoh
orang yang memiliki kecerdasan kinestetik yaitu atlet, penari, ahli bedah, dan
pengrajin, pantomime dll
5. Kecerdasan Musikal.
Kecerdasan musikal dibuktikan dengan adanya rasa
sensitif terhadap nada, melodi, irama musik. Orang-orang yang memilki
kecerdasan musikal yang baik antara lain ; komposer, konduktor, musisi,
kritikus musik, pembuat instrumen dan orang-orang sensitif terhadap unsur
suara.
6. Kecerdasan Interpersonal.
Kecerdasan interpersonal adalah kapasitas yang
dimiliki oleh seseorang untuk dapat memahami dan dapat melakukan interaksi
secara efektif dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal akan dapat dilihat
dari beberapa oranng seperti; guru yang sukses, pekerja sosial, aktor,
politisi, pemuka agama. Saat ini orang mulai menyadari bahwa kecerdasan
interpersonal merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh kesuksesan
seseorang.
7. Kecerdasan Intrapersonal.
Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan dalam
bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat tentang diri sendiri
seperti perasaan, proses berpikir, refleksi diri, intuisi dan menggunakan
kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan mengarahkan orang lain.
8. Kecerdasan Naturalis.
Kecerdasan naturalis banyak dimiliki oleh pakar
lingkungan. Seorang penduduk pedalaman dapat mengenali tanda-tanda akan terjadi
perubahan lingkungan. Misalnya dengan mengamati gejala-gejala alam. Keahlian
mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para
pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki
kecerdasan ini.
9. Kecerdasan Spiritual.
Kecerdasan ini banyak dimiliki oleh para
rohaniawan. Kecerdasan ini berkaitan dengan bagaimana manusia berhubungan
dengan tuhan. Kecerdasan ini dapat dikembangkan pada setiap orng melalui
pendidikan agama, kontemplasi kepercayaan, dan refleksi teologis.
10. kecerdasan Eksistensial.
Kecerdasan ini banyak dijumpai pada para filsuf.
Mereka mampuh menyadari dan mengahayati dengan benar keberadaan dirinya dan apa
tujuan hidupnya. Melalui kontemplasi dan refleksi diri kecerdasan ini dapat
berkembang.
Gardner juga mengelompokkan ketujuh kecerdasan manusia menjadi tiga
kelompok yaitu:
- Kelompok kecerdasan yang terkait dengan objek (object related) noleh objek yang dihadapi.
- Kelompok kecerdasan bebas objek (object free) yaitu kelompok kecerdasan yang tidak dipengaruhi oleh objek, tapi dipengaruhi oleh sistem bahasa dan musik yang didengar.
- Kelompok kecerdasan yang dipengaruhi hubungan dengan orang lain (person related) yaitu kelompok yang bertalian dengan interksi dengan orang lain.
B.
KRITERIA
KEABSAHAN MUNCULNYA TEORI KECERDASAN
·
Memiliki dasar biologis.
·
Bersifat universal bagi spesies manusia.
·
Nilai budaya suatu keterampilan.
·
Memiliki basis neurology.
·
Dapat
dinyatakan dalam bentuk symbol.
C.
STRATEGI
DASAR PEMBELAJARAN KECERDASAN GANDA
Ada beberapa straregi dasar dalam kegiatan
pembelajaran untuk mengembangkan kecerdasan ganda yaitu :
·
Membangunkan/memicu
kecerdasan, yaitu upaya untuk mengaktifkan indra dan menghidupkan kerja otak.
·
Memperkuat
kecerdasan, yaitu dengan cara memberi latihan dan memperkuat kemampuan
membangunkan kecerdasan.
·
Mengajarkan
dengan/untuk kecerdasan, yaitu upaya-upaya mengembangkan struktur pelajaran
yang mengacu pada penggunaan kecerdasan ganda.
·
Mentransfer
kecerdasan, yaitu usaha untuk
memanfaatkan berbagai cara yang telah dilatih di kelas untuk memahami realitas
diluar kelas atau pada lingkungan nyata.
D. MENGEMBANGKAN KECERDASAN GANDA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
Sejumlah cara atau metode dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan – kemampuan individu. Setiap metode digunakan untuk
meningkatkan jenis kecerdasan yang spesifik yaitu:
- Meningkatkan kecerdasan bahasa dapat dilakukana dengan cara mengadakan permainan merangkai kata, buatlah buku harian atau usahakan untuk menulis tentang apa saja yang ada dalam pikiran setiap harinya sebanyak 250 kata, dan sediakan waktu untuk bercerita secara teratur dengan keluarga atau sahabat.
- Cara untuk meningkatkan kecerdasan spasial yaitu seringlah berlatih permainan gambar tiga dimensi, puzzle, kubus, dan teka-teki visual lainnya, dekorasi ulang interior dan taman rumah, buatlah struktur benda dengan logo, atau bahan mainan tiga dimensi lainnya.
- Meningkatkan kecerdasan matematis logis dapat dilakukan dengan cara berlatih menghitung soal-soal matematika sederhana di kepala ( berapa 21 X 40 dalam 5 detik), pelajari cara menggunakan sempoa, sering-seringlah mengisi teka-teki silang/asah otak lainnya.
- Kecerdasan musikal dapat dilatih dengan cara mengunjungi konser atau pertunjukan musik, bernyanyilah di kamar mandi atau di manapun yang memungkinkan untuk bersenandung, luangkan waktu selama satu jam setiap minggu untuk mendengarkan gaya musik yang tidak dikenal akrab (western, jazz, country, world music ,dll).
- Meningkatkan kecerdasan kinestetik dapat dilakukan dengan carai bergabung dan berlatih berdsama dengan klub olahraga di lingkungan, pelajarilah kegiatan dansa, kumpulkanlah berbagai macam benda yang memiliki beragam tekstur dan bentuknya khas, cobalah kenali benda-benda tersebut dengan mata tertutup.
- Cara atau metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal yaitu: belilah kotak kartu nama, penuhi dengan nama kontak bisnis, teman, kenalan, kerabat, dan orang lain, serta tetaplah menjalin hubungan dengan mereka; luangkan waktu selama 15 menit setiap hari untuk mempraktekkan mendengarkan secara aktif dengan pasangan hidup atau sahabat dekat; bekerjasamalah dengan satu orang atau lebih dalam sebuah proyek yang berdasarkan pada kesamaan minat (seni kain perca, pemain bass, penulisan artikel tentang pantai).
- Meningkatkan kecerdasan intrapersonal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : pilihlah tokoh favorit yang positif, dan baca serta jadikan mereka sebagai kawan imajinasi dalam memecahkan suatu permasalahan yang membutuhkan waktu pemahaman yang dalam, lakukanlah sesuatu yang menyenangkan diri sekurang-kurangnya sekali sehari, luangkan waktu sekitar sepuluh menit setiap sore hari untuk meninjau kembali secara mental berbagai macam perasaan dan gagasan yang dialami.
- Metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan naturalis antara lain peliharalah hewan favorit, tingkatkan frekuensi melihat acara-acara mengenai program flora dan fauna, (ini yang paling mudah) cobalah untuk menahan dari untuk tidak merusak lingkungan, seperti mencorat-coret meja, menginjak rumput kantor, memetik bunga yang sedang tumbuh.
Tabel berikut (Tabel. 1.) menggambarkan tentang
kecenderungan dan kegemaran dan perilaku yang dapat dimati dan metode
belajar yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan masing-masing kecerdasan.
Tabel. 1. Kecenderungan dan Metode Belajar yang
dapat digunakan untuk meningkatkan Kecerdasan Ganda
JENIS
KECERDASAN
|
KECENDERUNGAN
/
KEGEMARAN
|
METODE
BELAJAR
|
Bahasa
/ Verbal
|
Gemar :
-
membaca
-
Menulis
-
Bercerita
-
Bermain kata
|
Membaca,
menulis, mendengar
|
Matematis
Logis
|
Gemar :
-
bereksperimen
-
tanya jawab
-
menjawawab teka-teki
logis
|
Berhitung,
aplikasi rumus, eksperimen
|
JENIS
KECERDASAN
|
KECENDERUNGAN
/
KEGEMARAN
|
METODE
BELAJAR
|
Spasial
|
Gemar :
-
Mendesain
-
Menggambar
-
Berimajinasi
-
Membuat sketsa
|
Observasi, menggambar,
mewarnai, membuat peta
|
Kinestetik
tubuh
|
Gemar :
-
menari
-
berlari
-
melompat
-
meraba
-
memberi isyarat
|
Membangun,
mempraktekan. menari, ekspresi
|
Musikall
|
Gemar :
-
bernyanyi
-
bersiul
-
bersenandung
|
Menyanyi, menghayati lagu, mamainkan instrumen
musik
|
Interpersonal
|
Gemar :
-
memimpin
-
berorganisasi
-
bergaul
-
menjadi mediator
|
Kerjasama dan interaksi dengan orang lain
|
Intrapersonal
|
Gemar :
-
menyusun tujuan
-
meditasi
-
imajinasi
-
membuat rencana
-
merenung
|
Berfikir filosofi, analitis, berfikir reflektif
|
Naturalis
|
Gemar :
-
bermain dengan flora fauna
-
mengamati alam
-
menjaga lingkungan
|
Observasi alamdan mengidentifikasi karakteristik
flora dan fauna
|
E. FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM IMPLEMENTASI TEORI KECERDASAN GANDA
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam
aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan komponen-komponen sistem
persekolahan sebagai berikut :
- Orang tua murid
- Guru
- Kurikulum dan fasilitas
- Sistem penilaian
Komponen masyarakat, dalam hal ini orang tua
murid, perlu memberikan dukungan yang optimal agar implementasi teori
kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil. Orang tua, dalam konteks
pengembangan kecerdasan ganda perlu memeberikan sedikit kebebasan pada anak
mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan
kecerdasan dan bakat yang mereka miliki.
Guru memegang peran yang sangat penting dalam
implementasi teori kecerdasan ganda. Agar implementasi teori kecerdasan ganda
dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan ada dua hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
- Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa
- Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara proporsional.
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda
yang dimiliki oleh siswa merupakan hal yang sangat penting. Faktor ini akan
sangat menentukan dalam merencanakan proses belajar yang harus ditempuh oleh
siswa. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengenali
kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan antara
guru dengan siswa, maka akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali
karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu
siswa, maka langkah – langkah berikutnya adalah merancang kegiatan
pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu yang dapat digunakan
oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu :
- 30 % pembelajaran langsung
- 30 % belajar kooperatif
- 30% belajar independent
Implementasi
teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan lagi berperan sebagai
sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan
pembelajaran. Dalam menerapkan teori
kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu menyediakan guru-guru yang kompeten dan
mampu membawa anak mengembangkan potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki.
Guru musik misalnya, selain mampu memainkan instrumen musik, ia juga
harus mampu mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa
yang memiliki kecerdasan musikal.
Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan
fasilitas pendukung selain guru yang berkualitas. Fasilitas tersebut dapat
digunakan oleh guru dan siswa dalam meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang
spesifik.
Fasilitas dapat berbentuk media pembelajaran dan
peralatan serta perlengkapan pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kecerdasan ganda. Contoh fasilitas pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda antara lain : peralatan musik,
peralatan olah raga dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih
kecerdasan spesifik.
Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang
menerapkan teori kecerdasan ganda berbeda dengan sistem penilaian yang digunkan
pada sekolah konvensional. Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda pada
dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu cerdas. Penilaian yang digunakan
tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi lebih berorientasi
pada proses dan kemajuan (progress) yang diperlihatkan oleh siswa dalam
mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok
dengan sistem seperti ini adalah metode penilaian portofolio. Sistem penilaian
portofolio menekankan pada perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa
dalam mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan.
Dihimpun dari berbagai
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar